News Update :
Home » , , » Pandangan "Si Tukang Kain" tentang Kekinian

Pandangan "Si Tukang Kain" tentang Kekinian

Penulis : Citey Soe on Friday, October 25, 2013 | 3:36 AM

Jakarta - Di hari terakhir Jakarta Fashion Week (JFW) 2014, desainer kain yang lebih senang disebut 'tukang kain', Josephine Komara mengantarkan koleksi terkininya yang diberi tajuk 'Indonesia Memanggil'. Obin -demikian ia akrab disapa- ingin menceritakan persepsinya tentang keadaan masa kini.


Dikemas dalam pagelaran beratmosfer ringan dan santai, Obin memamerkan kebolehannya dalam mendesain kain. Terbagi menjadi beberapa babak, pagelaran yang dihelat Obin --seperti sebelum-sebelumnya, selalu mengundang komentar jahil, decak kagum, dan tepuk tangan meriah.


Pagelaran dibuka dengan koleksi kain-kain berwarna gelap dengan motif yang halus. Kain-kain ini dibentuk menjadi celana dan rok unik. Mulai dari celana harem, celana pantalon, hingga rok siluet A, semua dari bahan kain kreasi BINhouse, label milik Obin.


Kain-kain ini menjadi bergaya segar dan terkesan modern, apalagi dengan paduan atasan berdesain unik, seperti kebaya bertudung, potongan asimetris, bahkan dari bahan see-through di punggung. Ini berlanjut ke segmen berikutnya yang menunjukkan kesan 'nyeleneh'.


'You don't have to be rich to be my girl. Don't have to be cool to rule my world'. Lagu berjudul Kiss dari Prince menghentak mengiringi model-model saat memamerkan koleksi dari segmen kedua. Alunan lagu memberi kesan santai dan muda. Penampilan tak biasa di panggung Obin kembali menyita perhatian hadirin.


Sebagian mengucap kalimat-kalimat yang sifatnya menduga-duga. Sebab, bukan saja koleksi yang unik, seperti legging bermotif dan celana perpaduan kain dan jersey polos. Namun karena tingkah para model.


Satu per satu model muncul di runway dengan tingkah yang bergaya 'slengean'. Kesan cuek dan malas-malasan muncul dari gaya para model. Sepintas, bisa disimpulkan, tak harus kaku dalam menggunakan kain tradisional.


'Di koleksi kali ini ada sequence orang jalan santai dan bergaya street wear, itulah keadaan yang ada sekarang [di masyarakat]. Itu yang ingin saya tampilkan. Lalu masuk ke sequence Indonesia Memanggil, menunjukkanuntuk kembali ke perempuan Indonesia. Dari tulisan saya (dalam siaran untuk pers berbentuk puisi), menggambarkan, setingginya kita berusaha mengejar bulan, kita harus tetap berpijak, supaya jadinya bertumbuh.Kalau ikut terbang dan kaki tak menapak, artinya melayang,' kata Obin sambil menyerahkan kembali kepada masing-masing orang untuk menginterpretasikan maksudnya, saat ditemui di Fashion Tent, Senayan City, Jakarta, Jumat (25/10).


Sesi yang ditampilkan berikutnya adalah koleksi busana klasik perempuan Jawa yang ayu nan manis dengan pengenaan kebaya kutu baru dan encim, lengkap dengan kain berwiron rapi. Tentu, sebagai pecinta kain tradisional, tak afdol bila tidak menunjukkan koleksi kain dengan model lemah lembut.


Tahun ini Obin terlihat lebih tegas dalam permainan tabrak warna, seperti kebaya warna kuning dengan selendang ungu. Kebaya biru, selendang oranye, dipadu kain paduan cokelat tua, kuning, emas. Ada pula kebaya fuchsia dengan selendang hijau dan kain bermotif abstrak berwarna ungu-cokelat.


Ada pula beberapa tabrak motif antara atasan dan bawahan, misal kebaya encim bermotif garis dengan kain motif cetak kotak-kotak yang berbeda tingkat warna. Babak terakhir, Obin meminta model-modelnya membentangkan kain-kain karyanya sambil menari-nari.


'Itu untuk memamerkan karya-karya kain kami,' jelas Wita sang desainer busana/ total look saat ditemuiBeritasatu.com usai peragaan.


Dijelaskan Wita, untuk koleksi kali ini, tidak banyak penggunaan teknik baru. Beberapa teknik yang digunakan adalah teknik batik, namun dimodifikasi dengan teknik cabik, teknik cubit, patchwork, pecah bola, dan lainnya menggunakan kain yang diproses batik.


Saat bincang dengan wartawan, Obin menekankan, saat pagelaran, ia bagai juru bicara untuk ribuan perajin yang bekerja untuknya. 'Koleksi ini dibuat oleh ribuan perajin. Kancing, tenun, jahit, semua pakai tangan. Sebanyak 80 persen koleksi ini dibuat dengan tangan. Setiap helai dibuat berbeda-beda, teknik pun berbeda, motif juga berbeda-beda. Saya hanya spokeperson,' jelasnya merendah.


Bukan Obin jika tak menimbulkan kesan mendalam di peragaannya. Di akhir pertunjukan, Obin muncul di panggung sembari membawa kain berwarna merah dengan untaian bunga yang ia kalungkan di pundak pendiri Femina Group, Pia Alisjahbana. Terlihat beberapa orang menitikkan air mata saat melihat Obin juga menitikkan air mata di panggung sambil menggenggam tangan Pia.


Di penutup kalimat jumpa pers, Obin mengucap, inti dari pagelarannya kali ini adalah, 'Maju ke depan, ke dunia masa kini. Tanpa meninggalkan asal-usul dan jati diri.'


Share this article :

Post a Comment

 
Home
Copyright © 2013. Berita Unik Indonesia . All Rights Reserved.